MAROS, KORANSULSEL – Pemerintah Kabupaten Maros Sulawesi Selatan segera membenahi penangkaran kupu-kupu lebih natural sebagai bentuk evaluasi habitat kupu-kupu endemik di kawasan Taman Nasional Bantimurung dan Bulusaraung.
“Kami tengah mencari pola yang dapat menjadi habitat penangkaran kupu-kupu yang lebih natural misalnya berbahan kayu tidak menggunakan beton lagi seperti sebelumnya,” kata Bupati Maros HAS Chaidir Syam di Maros, Senin.
Ia mengatakan upaya tersebut dilakukan setelah mendapat kunjungan dari Presiden RI yang mengkritik penangkaran kupu-kupu di Taman Wiisata Alam (TWA) Bantimurung yang menggunakan bahan semen alias beton.
Chaidir pun menghendaki ditinjau ulang dan sebaiknya memilih bahan-bahan alamiah seperti memanfaatkan kayu yang dapat diambil dari kawasan di sekitarnya.
Oleh karena itu, pihaknya akan meninjau ulang arsitektur di wilayah penangkaran kupu-kupu itu.
Menurut dia, pembangunan yang menggunakan bahan semen itu sebelumnya dilakukan karena hanya jalur pengunjung yang belum ada kupu-kupunya.
Kini, di lokasi tersebut digunakan tanaman yang memiliki sebagai bahan pakan untuk kupu-kupu.
Oleh karena itu kritikan dari Presiden Jokowi beberapa waktu lalu disambut positif sebagai kritik untuk mengembangkan kawasan wisata andalan kabupaten Maros itu menjadi lebih baik.
“Apalagi, kawasan TBA Bantimurung Maros dikenal sebagai The kingdom of butterfly atau kerajaan kupu-kupu yang dikenal oleh para peneliti dunia,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung teh Heri Wibowo mengungkapkan bahwa jumlah kupu-kupu di kawasan Bantimurung Maros terus meningkat bahkan jenisnya pun bervariasi.
Kini jumlah kupu-kupu mencapai 252 jenis yang sebelumnya pada tahun 2010 baru terdapat 130 jenis kupu-kupu. (ant/KS)