Minggu, November 3, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

UIN Alauddin dan Kemenag Sulsel Gelar Sertifikasi Pembimbing Haji Angkatan X Tahun 2024

MAKASSAR, KORANSULSEL – Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) bekerja sama dengan Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Sulawesi Selatan kembali menyelenggarakan Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Angkatan X (Mandiri) Tahun 2024.

Kegiatan ini mengusung tema “Standarisasi Kompetensi Pembimbing Manasik yang Profesional dan Modern”, dan berlangsung selama tujuh hari, mulai 18 hingga 25 Oktober 2024, di Asrama Haji Sudiang, Makassar. Sebanyak 100 peserta dari berbagai daerah di Indonesia turut ambil bagian dalam program ini.

Tenaga Ahli Menteri Agama RI, H. Hasanuddin Ali, saat membuka acara, menyampaikan bahwa pelaksanaan ibadah haji tahun 2024 mencatat pencapaian Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia (IKJHI) tertinggi sepanjang sejarah, dengan kuota haji normal.

“Prestasi ini tentu berkat kualitas pembimbing haji yang sangat mumpuni, didukung oleh sertifikasi yang mereka miliki. Oleh karena itu, kita harus memastikan kualitas petugas haji kita terus meningkat,” ungkapnya.

Ia juga memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan sertifikasi mandiri angkatan X ini, yang disebutnya sebagai kolaborasi yang solid antara UIN Makassar dan Kanwil Kemenag Sulsel. Gus Hasan berharap kerja sama ini dapat terus terjaga dan ditingkatkan.

“Ini adalah pelaksanaan yang ke-10 kalinya, menunjukkan kolaborasi yang sangat baik. Namun, seperti kita ketahui, pelayanan kepada jemaah haji selalu berkembang. Maka, kita harus terus memperbaiki kualitas pelayanan agar jemaah dapat meraih haji mabrur,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Rektor II UIN Alauddin Makassar, Dr. Andi Aderus, menegaskan bahwa sertifikasi pembimbing manasik haji merupakan kegiatan rutin yang dilakukan FDK bersama Kanwil Kemenag Sulsel. Menurutnya, para peserta yang sebagian besar adalah praktisi di bidangnya, telah memiliki kemampuan, namun belum memiliki sertifikasi resmi.

“Banyak peserta yang sudah berpengalaman, namun mereka memerlukan sertifikasi resmi. Inilah mengapa sertifikasi ini penting,” jelasnya.

Dr. Andi Aderus juga mengungkapkan bahwa jumlah peserta pada sertifikasi kali ini mengalami peningkatan signifikan dibandingkan pelaksanaan sebelumnya.

“Biasanya peserta hanya sekitar 80-an, tetapi kali ini mencapai 100 peserta. Bahkan, peserta tidak hanya berasal dari Sulsel, tapi juga dari Sulbar, Sulteng, Sulut, Gorontalo, hingga dari luar Sulawesi seperti Kaltim, NTT, Maluku, dan Papua,” tambahnya.(Rls/KS)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER