Jumat, Oktober 11, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Listrik Hijau Tekan Biaya Produksi Tani di Sulsel Hingga 83 Persen

MAKASSAR, KORANSULSEL – Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero) yang merupakan energi hijau berhasil menekan biaya petani di Sulawesi Selatan hingga 83 persen.

Dari program ini, sukses membantu pompanisasi sawah tadah hujan bagi petani di Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, dalam menghemat biaya operasional sampai 83 persen per bulan.

General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) Budiono mrlalui keterangan rikisnya di Makassar, Minggu mengatakan program EA PLN hadir untuk membantu meningkatkan produktivitas usaha masyarakat di bidang pertanian, perkebunan, hingga perikanan.

“Kami akan terus berinovasi dan terus memberikan pelayanan terbaik dengan sistem kelistrikan yang andal dan membawa manfaat bagi masyarakat. Tidak hanya sekadar menerangi, tetapi juga mampu menggerakkan roda perekonomian dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat,” kata Budiono.

Budiono juga menambahkan, program Electrifying Agriculture ini akan menjadi terobosan bagi para pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas dan dapat meningkatkan efisiensi biaya operasional.

“Alhamdulillah, saat ini sudah banyak petani yang mulai beralih ke Electrifying Agriculture dan merasakan manfaat yang sama dari sistem kelistrikan yang dimiliki PLN,” kata Budiono.

Ia menjelaskan, PLN berkomitmen untuk mendorong pendapatan dan produktivitas petani melalui program Electrifying Agriculture. Salah satunya dengan terus meningkatkan jumlah petani dan peternak yang merasakan manfaat program Electrifying Agriculture.

Selain mendukung Electrifying Agriculture, hal ini juga merupakan langkah PLN untuk memenuhi listrik di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Mengingat Desa Maritengngae, Kabupaten Pinrang, dan Desa Saruran, Kabupaten Enrekang yang berada di daerah pegunungan dan jauh dari pemukiman penduduk, saat ini sudah dapat menikmati pelayanan dari PLN.

Budiono merinci, per September 2024, total pelanggan Electrifying Agriculture di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat adalah sebanyak 3.693 pelanggan dengan total daya terpasang sebesar 189.867 kiloVolt Ampere (kVA).

Tidak hanya itu, layanan Renewable Energy Certificate (REC) dari PLN juga membuka peluang usaha tersebut untuk menembus pasar ekspor.

Tahir, petani di Desa Maritengngae, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan, yang telah merasakan keuntungan program Electrifying Agriculture dari PLN, mengungkapkan kemudahan proses pengairan dan biaya operasional yang lebih hemat.

Sebelumnya, ia hanya mengandalkan intensitas air hujan dan pompa air dengan bahan bakar tabung gas sebagai sumber utama pengairan sawah.

Ia mengaku menghabiskan 70 tabung gas tiga kilogram (kg) per bulan dengan total biaya Rp2,25 juta.

“Sekarang, setelah menggunakan listrik, saya hanya menghabiskan Rp378 ribu untuk membeli token listrik per bulan. Berkat listrik, biaya operasional jauh lebih hemat dan tidak perlu repot-repot membeli tabung gas,” kata Tahir.

Tahir mencatat, selain penghematan biaya operasional, ia juga turut andil dalam penggunaan listrik hijau PLN yang ditandai dengan pembelian satu unit Renewable Energy Certificate (REC) atau setara satu Megawatt hour (MWh) dengan daya listrik terpasang sebesar 900 Volt Ampere (VA).

Di sisi lain, Hasbi, salah seorang petani bawang merah di Desa Saruran, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, mengaku mampu menghemat biaya operasional sampai 75 persen setelah memanfaatkan listrik PLN menggantikan operasional diesel yang biasa digunakannya.

Sebelumnya, Hasbi mengaku menghabiskan biaya operasional sebesar Rp5,2 juta per panen dengan menggunakan mesin diesel. Namun kini, kebunnya hanya membutuhkan biaya Rp1,3 juta per panen melalui program Electrifying Agriculture dengan daya listrik terpasang sebesar 10.600 Volt Ampere (VA).

“Dengan kata lain, jika satu tahun bisa memanen enam kali, maka secara kumulatif bisa menghemat sebesar Rp23,4 juta per tahun. Hadirnya listrik juga sangat mempermudah kami dalam pengoperasian mesin pompa air, hanya tinggal menekan tombol saja,” ujar Hasbi.

Hasbi menambahkan, listrik tidak hanya berdampak positif bagi penghematan operasional tetapi juga berpengaruh pada peningkatan kapasitas produksi. Menurutnya, sebelum menggunakan listrik, produksi bawang merah hanya 45 ton per tahun, kemudian meningkat menjadi 48 ton per tahun setelah menggunakan listrik.

Dengan meningkatnya kapasitas produksi, penghasilannya pun juga meningkat menjadi Rp69 juta per tahun. (ant/KS)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER