MAKASSAR, KORAN SULSEL – Rangkaian HUT Ke-354 Tahun Sulsel ditutup dengan acara Kirab Budaya dan Pesta Rakyat. Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin, hadir langsung menutup acara tersebut, di Anjungan Pantai Losari Makassar, Sabtu, 21 Oktober 2023.
Kirab dihadiri oleh ribuan masyarakat, peserta dari 24 kabupaten/kota serta Forkopimda dan Raja-raja se-Sulsel. Kirab diawali dari kontingen Kodam XIV Hasanuddin.
Pasukan kerajaan, dari Kerajaan Gowa misalnya dengan pasukan berkuda. Serta busana adat Bugis, Makassar dan Toraja ditampilkan. Salah satu yang menjadi perhatian adalah pasukan perempuan bersenjata, berupa walida (pemukul tenun).
“Tadi kita lihat pada kirab budaya, bagaimana perempuan Bugis-Makassar dengan senjatanya. Istri dan anak saya asal Jakarta tanya, perempuan Bugis ada senjatanya?,” kata Bahtiar.
Lanjutnya, kepemimpinan perempuan bahkan sebagai Raja dan Panglima Perang telah lama ada di Sulsel. Tercatat dalam literatur sejak tahun 1470, seorang Raja Perempuan We Banrigau Daeng Marowa memimpin Kerajaan Bone.
Atas suksesnya pelaksanaan acara HUT Sulsel ini, Bahtiar menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada berbagai pihak. Apalagi, dipersiapkan hanya dalam waktu tiga minggu.
HUT Ke-354, sebutnya, menjadi momentum untuk merenung dan merefleksikan diri. Bahwa budaya adalah hasil perjalanan panjang manusia dan alamnya. Hasilnya, bahasa, seni, alat-alat pertanian, serta peralatan yang melingkupi kehidupannya. Termasuk alat rumah tangga dan perang.
Lebih jauh ia mengungkapkan, bangsa-bangsa yang ada di Sulsel memiliki karakter yang membedakan bangsa-bangsa lainnya di Indonesia maupun di dunia. Karena punya falsafah hidup yang kuat sehingga dihormati oleh bangsa-bangsa lain. Maka tugas sebagai generasi saat ini, menampilkan dan mencintai hasil budaya generasi pendahulu.
“Maka bentuk penghormatan kita kepada pendahulu kita, paling tidak mengucapkan syukur dan menampilkan apa yang menjadi hasil karya-karya budaya mereka,” ucapnya.
Dengan begitu, kata Bahtiar, kita menunjukkan identitas Sulsel secara kuat, walaupun terjadi perubahan dunia dan globalisasi. “Kita di Sulsel punya karakter yang membedakan dengan yang lain. Jadi kita punya falsafah Inninawa, siri’ na pacce, falsafah Toddopuli, ada juga Sipakatau Sipakallebi, ada banyak sekali,” jelasnya.
“Kita juga dikenal sebagai bangsa petarung yang kuat dan tidak lemah. Itu kekuatan Sulsel dibandingkan yang lain. Dan saya yakin dalam keadaan apapun, mestinya daerah ini lebih cepat bangkit pasca Covid-19 dibandingkan daerah lain,” paparnya.
Sehingga, Pemprov Sulsel bersama Forkopimda menyatukan kekuatan-kekuatan yang ada. Salah satunya, dengan menampilkan dan menghormati budaya dan seni di Hari Jadi Ke-354 tahun.
“Kita mau kembalikan kejayaan itu secara perlahan, tentu pemerintah tidak bisa sendiri harus didukung oleh masyarakat yang merupakan kekuatan kita itu sendiri. Bagaimana 9,3 juta masyarakat kita ini menjadi kekuatan kita untuk membangun Sulsel,” sebutnya.
“Termasuk saudara kita yang diaspora, yang merantau di tempat lain di luar Sulsel. Pelan-pelan kami konsolidasikan, dan ini adalah persembahan kami dari Pemprov, Pemda, DPRD dan unsur lain,” pungkasnya.(HMS/KS)