TAKALAR, KORAN SULSEL – Tradisi Maudu’ Lompoa di Desa Cikoang, Kecamatan Mangara’ Bombang, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan(Sulsel) dalam upaya menjaga netralitas dan harmoni di tahun politik.
“Tahun ini, kegiatan tradisi budaya Maudu’ Lompoa di Cikoang murni swadaya masyarakat tanpa melibatkan pihak luar, hal ini demi tetap menjaga netralitas dan harmoni di tahun politik,” kata Pemangku Adat Kerajaan Laikang, Sukwansyah Karaeng Nojeng di Takalar, Senin,
Dia mengatakan, meskipun sejumlah pihak berniat berpartisipasi, termasuk politisi, namun tidak diperkenankan agar tradisi budaya bernuansa Islami ini dapat menjaga netralitas dan tidak tergiring dalam kegiatan politik praktis.
Karena itu, lanjut dia, tidak ada simbol atau pun lambang-lambang partai, calon legislatif atau capres di sekitar kawasan Desa Cikoang yang membawahi lima dusun.
Sementara itu, warga Kabupaten Takalar Buhari mengatakan, tradisi budaya Maudu Lompoa di Cikoang yang digelar setiap tahun ini sudah ratusan tahun dilakukan warga Cikoang keturunan Sayyid Jalaluddin Al Aidid.
Sayyid Jalaluddin asal Aceh dikenal sebagai penyebar agama Islam pertama di Takalar pada tahun 1603. Sementara tradisi Maulid ini ditekankan memupuk jiwa sosial dan solidaritas sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya.
“Jadi Maudu Lompoa ini sekaligus sebagai ajang silaturahim, karena baik warga Cikoang yang ada di Takalar maupun di luar Sulsel hadir di tempat ini untuk bersuka cita,” katanya.
Karena itu, lanjut dia, perahu hias dengan segala macam isinya akan dibagi-bagi setelah prosesi adat. Ini juga sebagai bentuk kebersamaan dan saling berbagi dalam menumbuhkan jiwa sosial. (ANT/KS)