Pada usia 17 tahun, saya mengambil keputusan besar dalam hidup—berangkat umroh sendirian pada bulan September lalu. Sebelum memulai perjalanan ini, saya mempelajari dengan seksama hukum berangkat umroh tanpa mahram, baik dari tinjauan agama maupun aturan dari Saudi. Saya juga meminta izin serta pandangan dari ayah, dan setelah mendalami hal ini, saya menemukan bahwa itu diperbolehkan. Dengan hati yang semakin mantap, saya memberanikan diri berangkat sendirian.
Saya tinggal di Makassar, tetapi mbak saya yang memberi hadiah umroh memutuskan untuk menggunakan jasa PT. Sultanah di Jakarta, karena kepercayaannya kepada owner-nya, Ibu Julia Wingantini. Mbak saya sangat terinspirasi oleh semangat dan dedikasi beliau dalam membangun PT. Sultanah, terutama bagaimana beliau memudahkan para jamaah mencapai Baitullah dengan biaya terjangkau namun tetap memberikan pelayanan yang luar biasa.
Meski banyak travel di Makassar, kami tetap memilih PT. Sultanah, meskipun harus ke Jakarta terlebih dahulu. Saya rela mengeluarkan biaya tambahan untuk tiket Makassar-Jakarta PP, karena keyakinan saya bahwa perjalanan ini akan memberikan pengalaman tak ternilai. Benar saja, perjalanan umroh ini begitu mengesankan hingga saya berniat untuk kembali umroh dan bahkan berhaji bersama PT. Sultanah. Saya pun sangat merekomendasikan PT. Sultanah kepada keluarga dan teman-teman saya.
Sejak awal, suasana kekeluargaan sangat terasa. Lebih dari 45 jamaah yang berangkat bersama menyatu dalam kehangatan keluarga. Meski saya berangkat sendiri, saya tak merasa sendirian. Saya dipertemukan dengan teman sekamar yang memperlakukan saya seperti adik dan ibu yang selalu memberikan rasa aman dan nyaman.
Dari titik keberangkatan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, kami sudah merasakan pelayanan luar biasa dari tim PT. Sultanah. Tim handling sangat sigap dan cepat, dan saya pun akhirnya mencicipi nasi liwet yang menjadi ciri khas PT. Sultanah—ternyata memang selezat yang dikatakan!
Perjalanan udara dari Jakarta ke Jeddah terasa cepat karena saya tertidur sepanjang penerbangan. Kami sempat transit di Mumbai, dan ada kejadian yang cukup menegangkan—saya sempat terpisah dari rombongan karena pergi ke kamar mandi. Pelajaran yang saya ambil: jika anda transit di Mumbai, lebih baik buang air kecil di pesawat atau pastikan memberi tahu rombongan sebelum pergi, karena imigrasi di sana cukup ketat. Persiapkan diri agar tidak tertinggal, terutama jika waktu transit singkat.
Setibanya di Jeddah, tim PT. Sultanah kembali sigap menyambut kami. Di dalam bus, kami diberikan air zam-zam, dan kenikmatannya membuat perjalanan menuju Madinah terasa ringan dan penuh berkah.
Pagi hari, kami tiba di Madinah. Hotel kami berada dekat dengan Raudah, dan tanpa ragu, saya langsung menuju pelataran kubah hijau untuk melihat keindahan Nabawi. Saya ingin melihat keindahan raudah dan belajar bagaimana orang antre masuk. Meski jadwal saya baru di malam hari dan permit dari aplikasi Nusuk belum aktif, Allah SWT memudahkan saya pagi itu. Tanpa diduga, saya diizinkan masuk Raudah. Perasaan haru yang luar biasa membuncah di dada saya. Ini adalah momen paling sakral dan penuh keajaiban dalam hidup saya—merasakan seolah berada di taman surga, begitu dekat dengan Rasulullah SAW.
Air mata saya tak berhenti mengalir. Saya ingat, empat tahun lalu saat ibu meninggal, tangisan saya tertahan, seolah tak bisa meluapkan kesedihan yang mendalam. Namun, di dekat Rasulullah SAW, di dalam Raudah yang mulia, segala kesedihan yang tertahan itu runtuh. Di sinilah saya menemukan penyembuhan yang sejati, terapi langsung dari Allah SWT untuk mengobati luka karena kehilangan ibu. Semoga ibu ditempatkan di tempat terbaik bersama Rasulullah SAW.
Selama di Madinah, Allah mengizinkan saya masuk ke Raudah tiga kali: pertama karena keajaiban tersebut, kedua dengan permit dari aplikasi Nusuk, dan ketiga bersama rombongan dengan izin dari travel. Bagi yang ingin umroh, jangan lupa mengunduh aplikasi Nusuk dan memilih tanggal untuk permit masuk Raudah, karena pengalaman di sana sungguh tak terlupakan.
Perjalanan ke Mekkah dilakukan dengan bus, dan kami mengambil miqat di Bir Ali. Tiba di Mekkah pada malam hari, setelah beristirahat sebentar di hotel dan makan malam, kami menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umroh wajib.
Saat pertama kali melihat Ka’bah, air mata saya berderai. Labbaikallahumma Labbaik. “Aku datang memenuhi panggilan-Mu, ya Allah.” Saya ingat mendiang ibu saya—23 tahun lalu, ketika beliau menunaikan ibadah haji, mungkin beliau mendoakan kami di depan Baitullah, bahkan saat itu saya belum saya lahir. Kini, mbak dan saya telah mengunjungi Baitullah, menjadi tamu Allah dan Rasulullah. Semoga Allah memudahkan kami untuk segera berhaji.
Di Mekkah, kami dianjurkan memperbanyak ibadah di Masjidil Haram. Perjalanan ini tidak lengkap tanpa city tour, baik di Madinah maupun di Mekkah. Di Madinah, kami sudah berkunjung ke Kebun Kurma dan Gunung Uhud. Di Mekkah, kami mengunjungi Jabal Tsur, Arafah, Mina, dan Muzdalifah, serta mengambil miqat untuk umroh kedua di Masjid Jiranah. PT. Sultanah juga menambah city tour ke Jabal Khandamah dan Thaif. Saya bahkan sempat mencoba cable car train di Thaif. “Cobain saja semuanya, karena biaya tiket pesawat ke sana lebih mahal,” kata mbak saya di telfon sambil tertawa.
Terima kasih kepada PT. Sultanah dan seluruh tim, terutama Kang Asep, Ustadz Walid, serta Pak Endro, rekan mbak saya, yang menjadi perantara kami dalam mempercayakan perjalanan ibadah ini. Kata Pak Endro S Efendi saat manasik, “Jangan berekspektasi terlalu tinggi terhadap fasilitas, karena hotel di Saudi berbeda dengan di Indonesia. Fokuslah pada ibadah.” Nasihat itu benar-benar melekat di hati saya, dan saya berusaha mengikuti dengan ikhlas. Namun, sungguh, pelayanan yang saya terima justru jauh melebihi ekspektasi saya. Masya Allah, luar biasa!
Terima kasih, Ibu Julia Wingantini, yang telah memudahkan para jamaah dalam perjalanan menuju Baitullah. Semoga segala muamalah ini mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Terima kasih kepada seluruh teman seperjalanan saya di Umroh Berkah ini. Semoga Allah memanggil kita untuk menunaikan ibadah haji dan umrah kembali.
oleh:
A. Tsaqilah Ratu Sarong Langi
Jamaah Umroh Berkah