MAKASSAR, KORANSULSEL – Wali Kota Makassar Munafri Arifuddin mengajak aparatur sipil negara (ASN) untuk menghidupkan semangat Kartini dengan tiga hal penting yaitu akhlak yang baik serta perilaku menjaga kebersihan dan ketertiban.
Pada peringatan Hari Kartini di Makassar, Senin, Wali Kota mengingatkan pentingnya menjaga akhlak dalam setiap tindakan, karena akhlak yang baik adalah landasan di dalam menjalankan tugas pemerintahan.
Kedua adalah menjaga kebersihan, di mana menurut Wali Kota, kebersihan mencerminkan kepribadian dan cara hidup sosial. “Pentingnya menjaga kebersihan di setiap wilayah, baik di lingkungan rumah tangga, kantor, maupun fasilitas umum,” katanya.
Ketiga adalah ketertiban yang merupakan pondasi penting dalam kehidupan sosial. Sehingga pelanggaran kecil dapat menjadi bibit yang tidak bagus jika terus dibiarkan, bahkan dapat menjadi masalah besar.
Ia berharap ASN lingkup Pemkot Makassar dapat memberikan kontribusi terhadap pembangunan Kota Makassar dengan terus meningkatkan etos kerja.
Di mana ia bersama Wakil Wali Kota Aliyah Mustika Ilham, sudah dua bulan menjalankan roda pemerintahan dan berharap proses pemerintahan terus berjalan dengan baik.
“Saya juga sampaikan bahwa sampai hari ini kita adalah sebuah tim dan saya harap bisa menjadi tim yang sangat kuat, pendahulu kita sudah memberikan dasar-dasar kepemimpinan dan memberikan berbagai macam penghargaan yang didapatkan oleh pemerintahan Kota Makassar ini,” ucap Munafri
Pada acara itu, Munafri juga membacakan amanat Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Arifah Choiri Fauzi.
“Hari ini kita memperingati Hari Kartini, sebuah momen penting untuk menghormati perjuangan Raden Ajeng Kartini dan seluruh perempuan Indonesia yang telah menyalakan obor perubahan,” ujar Arifah Choiri Fauzi dalam sambutan tertulis yang dibacakan Munafri.
Menurut Menteri PPPA, saat ini Indonesia telah menjadi negara yang lebih adil, di mana perempuan bebas untuk bermimpi, menentukan pendidikan, dan mengatur nasibnya sendiri.
Namun meski telah lebih dari satu abad sejak RA Kartini menulis pemikirannya, menurut Menteri PPPA, tantangan bagi perempuan di Indonesia masih ada antara lain adalah masalah pekerjaan, perlindungan hukum, dan juga ruang untuk mengambil keputusan. (ant/KS)