MAKASSAR, KORANSULSEL – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) bersama berbagai mitra strategis berhasil menurunkan angka stunting dari 27,4 persen di 2023 menjadi 23,3 persen di 2024, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel Ishak Iskandar mengakui bahwa penurunan angka stunting hingga 4 persen ini tidak lepas dari peran berbagai mitra strategis Pemprov Sulsel dalam menangani kasus hingga upaya pencegahan stunting di masyarakat.
“Kita targetkan penurunan stunting tahun ini 23,9 persen dan bisa turun lagi menuju 6,1 persen di 2045,” ujar Ishak di Makassar, Selasa.
Berbagai program telah dijalankan Dinkes Sulsel sejak 2020, di antaranya intervensi gizi 1000 hari pertama dan pendampingan gizi desa. Kemudian, terobosan program dari berbagai kabupaten/kota, seperti Kabupaten Gowa yang memiliki program tidak lahir stunting baru dan sebagainya.
Dalam berbagai arahan Gubernur Sulsel, Ishak menyebut perlu kolaborasi antara pemerintah, pihak swasta, akademisi, media, dan mitra strategis lainnya dalam menekan angka stunting, termasuk keterlibatan masyarakat.
Mitra strategis pemerintah yang menunjukkan aksinya ialah Jenewa Institute bersama UNICEF yang melaksanakan sejumlah program dalam penguatan pemberantasan stunting di Sulsel, salah satunya menggelar dialog Gizi dan Pencegahan Stunting yang melibatkan awak media agar informasi dan edukasi terkait stunting segera sampa ke masyarakat.
“Media memiliki peran strategi dalam teori dan penerapan komunikasi perubahan perilaku, terutama dalam pendekatan kampanye publik,” ujar Direktur Jenewa Institute, Surahmansah Said.
Berdasarkan Strategi Nasional Percepatan Penurunan Stunting tahun 2018, terdapat 5 pilar utama. Salah satu pilar yang masih menjadi perhatian penting, yaitu pilar ke-2 terkait peningkatan komunikasi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.
Nutrition Officer UNICEF, Nike Frans menjelaskan terdapat tiga beban masalah gizi (malnutrisi) yang masih dihadapi, yaitu stunting-wasting, kelebihan berat badan atau obesitas dan kekurangan zat gizi mikro atau anemia.
“Jika ini dibiarkan akan mengancam kesejahteraan masyarakat dan manusia. Stunting disebabkan karena perilaku, gizi kesehatan dan pelayanan,” kata dia.
Ia mengatakan salah satu upaya pencegahan, yakni komunikasi perubahan perilaku. Hanya saja, hal ini masih keliru tentang gizi dan kesehatan sehari-hari. Sehingga, dasar dari mengubah perilaku masyarakat ialah perbaikan pemahaman tentang mencegah stunting.
“Media sebagai sumber informasi masyarakat yang valid dan berdasarkan bukti, sehingga pelibatan media sangat penting untuk mengedukasi masyarakat,” kata dia.
Sektor mitra pembangunan harus berkolaborasi untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia dan pemenuhan hak-hak anak di Indonesia. (ant/KS)