Jumat, Maret 14, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Rutan Makassar Luruskan Kegaduhan Pesan Viral Tersangka Uang Palsu

MAKASSAR, KORANSULSEL – Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Kelas I Makassar Jayadikusumah merespons dan meluruskan kegaduhan yang ditimbulkan tahanan tersangka kasus uang palsu inisial ASS atas pesannya ditulis tangan lalu diketik ulang keluarganya viral di media sosial.

“Karena ada WA (pesan WhatsApp), saya pribadi yakin dan ternyata, maaf diluruskan bahwa WA itu ada keluar (viral). Ini tulisannya diambil dan diketik ulang oleh keluarganya. Saya juga merasa (maaf) dirugikan,” papar Jayadi yang menghadirkan keluarga tersangka di Rutan setempat, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.

Hal ini guna meluruskan adanya kekeliruan tindakan keluarga ASS menulis ulang pesannya hingga beredar di media sosial.
Sebab, menurutnya, hal ini dapat menimbulkan persepsi publik bahwa Rutan memberikan hak istimewa kepada tersangka di dalam sel. Padahal, perlakuan warga binaan pemasyarakatan maupun tahanan titipan semua sama, tidak ada dibedakan.

“Tidak ada keistimewaan dengan yang lain, sama. Dan kita memang mengikuti sesuai dengan SOP (standar operational procedure). Bersangkutan sekarang di tahan di Blok Lamaddukelleng (mapenaling), sebenarnya kapasitas tiga orang, tapi sekarang 11 orang,” tuturnya disaksikan pihak keluarga di ruang kerjanya.

Jayadi mengatakan, karena bersangkutan masuk dengan surat keterangan daftar medis terkait kesehatannya, maka penempatan sementara di Blok Lamadukkeleng atau kamar khusus untuk masa pengenalan lingkungan (mapenaling) agar mudah dikontrol.

“Tetapi tetap, siapa pun itu, mau narapidana atau tahanan, sama diberikan perlakuan. Kami tidak memberikan fasilitas yang lain (ponsel untuk mengetik pesan), yang lain pun sama seperti dia,” tuturnya menegaskan.

Sementara, Kepala Kesatuan Pengamanan Rutan Kelas I Makassar Andi Erdiyangsah Bahar pada kesempatan itu menjelaskan terkait beredarnya pesan curhat ASS tidak bersalah di medsos sehingga menimbulkan kegaduhan.

“Jadi, ceritanya itu pesan tersebut diketik ulang dalam bentuk pesan WA oleh keluarga (istri) dan ditunjukkan ke keluarganya. Sewaktu keluarga membesuk, pesan pak Annar (ASS), tolong disampaikan pesan saya dalam bentuk tulisan, seperti apa yang tunjukkan ini,” ujarnya sembari menunjukkan beberapa lembar tulisan tangan.

Tulisan tersebut ditulis bersangkutan dengan pulpen. Karena tidak bisa menyampaikan langsung kepada keluarganya besarnya, maka diberikan kepada keluarga untuk diketik ulang, lalu dikirimkan ke WA grup keluarganya, tapi entah kenapa bisa tersebar kemana-mana.

“Sebelumnya memang pak Annar pernah menyampaikan ke saya, pesan kepada keluarga termasuk yang mau membesuk, untuk membatasi. Termasuk keluarganya, karena jujur merasa malu sekali, itu pesan pak Annar,” kata Erdiansyah.

“Ada beberapa kerabatnya mau membesuk, dia bilang tidak usah, saya merasa malu sekali atas kejadian ini, sampaikan saja permohonan maaf kepada orang yang besuk,” tuturnya menirukan pesan bersangkutan.

Istri tersangka ASS, Maryam dalam ruangan itu menyampaikan permohonan maaf bahwa tindakan yang dilakukan ternyata membuat kegaduhan. Ia pun mengakui menulis ulang pesan itu lalu menyebarkan ke WA grup keluarga besarnya untuk diketahui, namun belakangan malah menyebar luas.

“Kami menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada pihak Rutan dengan pihak lain yang merasa dirugikan. Saya merasa bahwa ini kegaduhan saya buat. Tidak ada maksud kami yang lain, selain seperti telah disampaikan. Sekali lagi kami mohon maaf untuk semua kegaduhan ini,” ucapnya.

Penasihat hukum ASS Akbar Wijaya Amin menambahkan, pesan itu awalnya ditulis tangan kliennya, untuk diperuntukkan kepada keluarga besarnya dengan menjelaskan bahwa dalam kasus itu turut membawa namanya. Meski demikian, kliennya tetap menghormati proses hukum yang sedang berjalan.
Sebelumnya, Polres Gowa membongkar praktik pembuatan uang palsu di dalam ruangan perpustakaan Kampus UIN Alauddin Makassar, Samata, Kabupaten Gowa, Sulsel. Polisi menetapkan 18 tersangka dari Kepala Perpustakaan UIN Alauddin, ASN, pegawai bank, hingga ASS selaku pengusaha dan politisi diduga sebagai otak dari praktik pembuatan upal. (ANT/KS)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_img

BERITA POPULER