MAKASSAR, KORANSULSEL – Sembilan orang pengunjung tewas tertimpa pohon tumbang saat berwisata di situs budaya Bulu Matanre, Mattabulu, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, Minggu.
Warga Soppeng tersebut dinyatakan meninggal dunia setelah pohon besar menimpa rumah-rumah tempat mereka beristirahat saat terjadi hujan lebat disertai angin kencang di lokasi kejadian.
“Saat ini jumlah korban meninggal dunia sembilan orang, dan korban yang mengalami luka-luka delapan orang,” kata Kapolres Soppeng AKBP Muh Yusuf Usman melalui keterangan tertulisnya.
Delapan orang yang mengalami luka, kata Kapolres, dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Latemmamala Soppeng untuk segera mendapatkan pertolongan medis.
Kejadian tersebut terjadi pada Minggu (3/11) sekitar pukul 12.30 Wita saat hujan deras disertai angin kencang menyapu wilayah situs budaya Bulu Matanre, Desa Mattabulu, Kecamatan Lalabat, Soppeng.
Sejumlah pengunjung yang berada di rumah-rumah peristirahatan berteduh. Namun, karena kencangnya angin, membuat pohon besar tua tersebut tiba-tiba tumbang dan mengenai rumah-rumah tersebut.
Tercatat ada 17 orang menjadi korban dalam peristiwa itu. Sembilan orang dinyatakan meninggal dunia dan delapan lainnya mengalami luka.
Pihak​​​​ kepolisian sejauh ini sudah melakukan evakuasi dan memasang garis polisi di tempat kejadian perkara.
Ia menyebutkan nama sembilan korban tersebut, yakni Wa Menneng, Agus, Yangke, S.T. Rabiah, Karyati, Rosmini, Mannuri Lesu Ikada, Nurtasia, dan Asse.
Jenazah korban telah diambil pihak keluarga untuk dimakamkan.
Berdasarkan informasi laman kemenparekraf.go.id pada situs budaya Petta Bulu Matanre merupakan lokasi wisata budaya.
Dalam kawasannya, terdapat Makam Syekh Abdul Majid atau makam Petta Bulu Matanre terletak di ujung dan puncak Desa Mattabulu. Makam ini telah menjadi salah satu situs budaya yang ada di Kabupaten Soppeng.
Di situs inilah menjadi tempat puncak acara Pattaungeng, Desa Mattabulu. Dahulu di desa ini terdapat sebuah kerajaan yang bernama Bulu Matanre.
Dahulunya ada sebuah benda pusaka Mattudang-tudang ialah tahapan pertama dalam ritual Pattaungeng atau orang berkumpul untuk berembuk serta mengelar acara adat untuk tujuan kemakmuran. (ant/KS)