Minggu, November 24, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Mahasiswa Unhas Bentuk Ranger Siaga Bencana di SLBN 1 Bulukumba

MAKASSAR, KORANSULSEL – Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) yang merupakan kelompok Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) membentuk Ranger Siaga Bencana di SLBN (Sekolah Luar Biasa Negeri) 1 Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Ranger Siaga Bencana SLB Negeri 1 Bulukumba merupakan bagian dari upaya keberlanjutan program edukasi bencana yang telah dilakukan secara bertahap sejak Mei 2024.

Ketua pelaksana program dari Prodi Geofisika Wesly Tungki di Makassar, Senin, menyebut bahwa kelompok ini akan menjadi tim edukasi kebencanaan bagi siswa, memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat diteruskan dan diimplementasikan dalam komunitas.

“Ranger ini dilengkapi dengan buku edukasi bencana. Diharapkan ranger ini juga dapat berkomunikasi lebih lanjut dengan BPBD setempat untuk memperoleh edukasi lebih lanjut,” ujarnya.

Melalui PKM ini, sejumlah mahasiswa dari berbagai fakultas di Unhas mengadakan edukasi bencana tektonik bagi peserta didik penyandang disabilitas di Bulukumba.

Mereka telah lolos pendanaan dari Simbelmawa Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) tahun 2024 untuk skema Pengabdian Masyarakat (PM).

Wesly menjelaskan bahwa pelaksanaan program PKM PM ini berangkat dari kepedulian atas kesetaraan dalam memperoleh informasi terkait proses mitigasi bencana tektonik khususnya bagi penyandang disabilitas di daerah yang rawan terjadi bencana tektonik, seperti Bulukumba.

“Kami memperoleh informasi bahwa belum ada edukasi mitigasi bencana yang pernah dilakukan di SLB Negeri 1 Bulukumba. Padahal daerah ini dilalui oleh patahan Walanae yang bisa menjadi sumber terjadinya gempa bumi,” kata dia.

Maka dari itu, menurut Wesly yang berasal dari Kabupaten Bantaeng ini, menjadi keharusan untuk memberikan edukasi kepada pihak SLBN 1 Bulukumba yang juga diketahui memiliki sejarah gempa bumi dan tsunami pada tahun 1820.

“Sebagai mahasiswa geofisika, kita tahu daerah-daerah yang rawan dan rentan terjadi gempa bumi, karena sudah ada pemetaan patahan atau sesar oleh Pusat Survei Geologi, Badan Geologi. Apalagi kalau daerah tersebut sudah pernah ada historis kejadian gempa bumi, kita perlu untuk waspada dan lebih bersiap, seperti Bulukumba,” urainya.

Kegiatan PKM PM ini dibagi dalam empat episode. Episode pertama berjudul “Good Things Come from Good Communication”. Sesi ini berfokus pada pembelajaran bahasa isyarat sebagai alat komunikasi kritis dalam mitigasi bencana. Termasuk alasan Bulukumba menjadi salah satu daerah yang rawan dan rentan akan bencana tektonik.

Kemudian episode kedua yaitu “The Moment before Disaster”, yakni pemberian edukasi tentang pentingnya persiapan dan respons inklusif bagi penyandang disabilitas, dengan penekanan pada langkah-langkah konkret untuk meminimalkan risiko dan dampak bencana.

Episode selanjutnya adalah “What If the Ground is Shaking?”. Pada sesi ini peserta diberikan pengetahuan tentang bencana tektonik, termasuk gempa bumi dan tsunami, serta cara-cara mengukur dan menangani dampak bencana tersebut. Sesi ini juga dilengkapi dengan simulasi evakuasi jika terjadi bencana dengan memperkenalkan istilah Drop, Cover, dan Hold.

Episode terakhir adalah “The Moment after Disaster”. Pada sesi ini membahas manajemen pasca bencana, strategi rehabilitasi dan rekonstruksi, serta aspek kesehatan mental. Keseluruhan episode ini dilaksanakan dalam delapan pertemuan secara tatap muka. Metode yang digunakan adalah Experiential Learning dengan mengajak peserta didik belajar melalui pengalaman langsung.

Sebagai media dalam proses edukasi dan sosialisasi bencana ini, peserta diperkenalkan dengan Buku Edukasi Bencana berbasis Augmented Reality sederhana.

“Peserta didik dapat scan barcode yang telah disediakan, setelah itu akan muncul video yang berisikan penjelasan materi dalam bentuk audio dan bahasa isyarat,” tambah Wesly.

Andi Rusli Andi Massewali selaku Kepala SLB Negeri 1 Bulukumba mengapresiasi peran Tim PKM PM Unhas yang hadir memberikan edukasi kepada peserta didik di sekolah luar biasa, sebab giat tersebut dinilai bukan hal mudah.

“Adik-adik mahasiswa perlu memiliki kesabaran yang tinggi dalam menghadapinya, karena namanya juga luar biasa. Instruksi harus dibicarakan banyak kali, bukan hanya dua atau tiga kali, harus berkali-kali,” ujarnya.

Selain Wesly, pada pelaksanaan kegiatan kelompok PKM PM ini beranggotakan lima mahasiswa yaitu Nur Muzayyanh Alfiyah (Geofisika), Muhlis (Geofisika), Risma (Ilmu Komunikasi), dan Nur Amalia (Fisika). (ant/KS)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER