Jumat, September 20, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Ketua Prodi PBSI UMI Soroti Transformasi Digital dalam Humaniora di Siaran RRI Pro 4 Makassar

MAKASSAR, KORANSULSEL – Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muslim Indonesia, Dr. Sitti Rabiah, diundang oleh salah satu Lembaga Penyiaran Publik di Makassar untuk menyapa pendengar program Mozaik Budaya di RRI Pro 4 Makassar.

“Alhamdulillah, saya mendapatkan kehormatan untuk menyapa pendengar Mozaik Budaya RRI Pro 4 Makassar dan berbagi mengenai digital humanities bagi masyarakat di era digital. Di era kekinian, penggunaan teknologi digital tidak dapat dielakkan lagi, sehingga kita harus beradaptasi dengan kemajuan zaman. Disinilah digital humanities berperan untuk menjembatani kemajuan teknologi dengan berbagai bidang yang terkait dengan humaniora, termasuk bahasa, sastra, budaya, dan pendidikan,” jelas Sitti Rabiah.

Hal ini disampaikan Sitti Rabiah melalui pesan teks kepada Redaksi setelah mengisi program Mozaik Budaya RRI Pro 4 Makassar di Studio RRI Makassar pada Selasa (6/8/24).

Digital humanities, menurut Sitti Rabiah, dapat dimaknai sebagai upaya menggabungkan teknologi digital dengan studi humaniora sehingga terjadi interdisipliner dan multidisipliner. “Digital humanities ini dipelopori oleh Robert Busa pada akhir 1940-an dengan memulai proyek Index Thomisticus, sebuah indeks leksikal dari karya-karya Thomas Aquinas yang menggunakan komputer untuk memproses teks dalam jumlah besar. Hingga saat ini, digital humanities telah berkembang secara interdisipliner melalui keterlibatan teknologi digital dalam perkembangan bidang keilmuan lain, seperti penggunaan teknologi digital dalam preservasi karya sastra. Demikian juga dengan multidisipliner yang dapat melibatkan bidang ilmu yang lebih luas dan saling melengkapi satu sama lain,” tambah Sitti Rabiah.

Rabiah menuturkan bahwa penggunaan teknologi digital ini dapat ditemukan dalam keseharian masyarakat dan juga berkembang serta mewarnai kegiatan sosial kemasyarakatan.

“Mungkin istilah digital humanities bagi masyarakat masih jarang dibicarakan, namun disadari atau tidak, masyarakat telah masuk ke ekosistem digital humanities seperti memanfaatkan teknologi untuk mencari informasi, bertransaksi secara elektronik, mempromosikan barang UMKM kepada khalayak, bahkan upaya-upaya dalam pelestarian budaya dan bahasa daerah juga sudah bertransformasi di era digital melalui platform media sosial,” jelasnya.

Achmad Zulfikar, peneliti Center for Digital and Global Studies (CERDIGS), turut memberikan pandangan terkait digital humanities dan tantangan yang akan dihadapi masyarakat ke depannya.

“Kemajuan teknologi dan pemanfaatannya oleh pengguna, termasuk di dalamnya masyarakat kita, patut kita sambut dengan kesiapan untuk mengoptimalkan penggunaannya. Digital humanities seperti yang telah diungkapkan oleh Ibu Sitti Rabiah, telah membawa dampak yang sistematis dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga, ke depannya kita sebagai generasi melek teknologi harus menyaring informasi dan menggunakan media digital dengan bijak,” tuturnya.

Zulfikar menambahkan bahwa Indonesia akan semakin terdigitalisasi dalam berbagai aspek. Sehingga, sumber daya manusia, baik dari sisi pelayanan maupun pengguna, harus mendapatkan pendidikan digital yang memadai.

“Jika SDM ini tidak disiapkan, maka dikhawatirkan kemajuan ini justru akan membawa bencana bagi masyarakat Indonesia. Pentingnya pendidikan digital bagi pelayan masyarakat dalam hal ini pegawai pemerintah dan pemangku kepentingan terkait, di samping itu masyarakat sebagai pengguna perlu juga di edukasi agar dapat merasakan manfaat dari produk-produk digitalisasi ini,” ungkap Zulfikar yang juga Dewan Manajerial Bidang Kajian Global Perkumpulan Rumah Produktif Indonesia.

Sitti Rabiah menutup bahwa digital humanities diharapkan dapat mendukung upaya pelestarian budaya dan bahasa sebagai bentuk menjaga kebudayaan daerah dan bangsa Indonesia.

“Harapannya melalui pemanfaatan teknologi digital ini dalam ekosistem digital humanities, maka upaya-upaya dalam pelestarian budaya, bahasa dan sastra Indonesia maupun daerah serta penerapannya dalam pembelajaran dan dunia pendidikan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik,” tutupnya.(Jhm/KS)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BERITA POPULER