LUWU UTARA, KORAN SULSEL – Kurikulum Agroforestri Kakao yang telah disusun sejak 2021 lalu telah berhasil diimplementasikan kepada 2.100 petani kakao di kabupaten Luwu Utara.
Hal ini diungkap Peneliti Agroforestry System and Extension Scientist (ICRAF), Endri Martini, pada Workshop Pembelajaran Kurikulum Agroforestry Kakao, baru-baru ini di Hotel Yuniar, Masamba.
“Kurikulum agroforestri telah disusun sejak 2021. Ini berarti bahwa dalam 3 tahun terakhir, kita berhasil mengimplementasikan ini kepada 2.100 petani kakao di Luwu Utara,” ungkap Endri.
Ia mengatakan, kurikulum agroforestry ini didiskusikan bersama pemerintah dan program lainnya sebagai panduan, dengan harapan dapat terintegrasi ke dalam program penyuluhan pertanian secara menyeluruh di kabupaten Luwu Utara.
“Kurikulum ini mengadopsi kondisi kakao di Luwu Utara yang terbagi ke dalam 3 cluster, sehingga mencerminkan kebutuhan petani dan aspek biofisik dalam materi kurikulum,” terangnya.
Dikatakan Endri, prinsip dasar agroforestri kakao adalah meningkatkan kesejahteraan petani, dengan menetapkan standar untuk jumlah tanaman kakao dan non-kakao dalam kebun.
Olehnya itu, lanjut dia, pihaknya merancang dua tipe agroforestry, yaitu agroforestry sederhana dan agroforestry kompleks.
Dalam penerapan kurikulum agroforestry ini, pihaknya juga mengonsentrasikan kepada metode partisipatif yang memungkinkan peserta pelatihan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap praktik agroforestry berkelanjutan.
“Penggunaan teknologi visual 3D atau tiga dimesi juga menjadi bagian integral dari metode pembelajaran dalam rangka menciptakan lingkungan pembelajaran yang beragam dan responsif terhadap perkembangan sistem agroforestry,” jelas dia.
Masih menurut dia, pembangunan kurikulum ini juga melibatkan proses konsultasi dengan berbagai pihak, termasuk penyuluh pertanian dan Dinas Pertanian, Bappelitbangda, serta sektor swasta lainnya, seperti PT. Mars.
“Alhamdulillah, konsultasi ini telah memberikan berbagai masukan dan revisi, baik dalam muatan maupun metode penyuluhan, yang berkontribusi pada kesuksesan kurikulum,” pungkasnya.
Diketahui, ICRAF World Agroforestry adalah sebuah lembaga riset internasional dalam bidang agroforestry yang berkantor pusat di Nairobi, Kenya.
Di Indonesia, ICRAF melakukan riset aksi di provinsi Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Papua dan Nusa Tenggara Timur.
Visi ICRAF adalah dunia yang adil, di mana semua orang mempunyai penghidupan layak dengan didukung bentang lahan yang sehat dan produktif. (HMS/KS)