MAKASSAR, KORAN SULSEL – Sebanyak 1.100 personel dari kepolisian dari beberapa Satuan Tugas (Satgas)diturunkan saat simulasi pengamanan persiapan Pemilu serentak 2024 di depan Kantor KPU Provinsi Sulawesi Selatan, Jalan Andi Pangeran Pettarani, Kota Makassar, Kamis.
“Kegiatan simulasi ini memperagakan kesiapan anggota yang terlibat dalam Operasi Mantap Brata di wilayah hukum Polda Sulsel. Hari ini kita memperagakan (pengamanan) di depan kantor KPU atas kelompok massa yang keberatan dengan penyampaian KPU,” ujar Direktur Samapta Polda Sulsel Kombes Pol Yusuf Hondawan Tri Naibah usai simulasi, Kamis.
Dari pantauan lapangan, simulasi pengamanan tersebut berlangsung tegang karena sejumlah kelompok massa merasa keberatan atas keputusan KPU Sulsel kemudian melakukan unjukrasa. Awalnya berjalan damai, kemudian berangsur-angsur memanas hingga akhirnya terjadi kericuhan.
Kelompok ini kemudian dihalau anggota tim pengamanan kepolisian dengan memukul mundur demonstran dari kantor KPU. Perlawanan tetap dilakukan dengan berusaha membongkar barikade polisi, namun tidak berhasil.
Tim taktis kemudian menembakkan gas air mata disertai water canon ke arah kerumunan demonstran untuk membubarkan mereka sembari disampaikan penyampaian oleh petugas melalui pengeras suara agar membubarkan diri.
Karena situasi semakin tidak kondusif maka dilakukan penindakan tegas dengan membubarkan secara paksa demostrasi hingga membawa salah seorang orang yang pingsan untuk diberikan perawatan medis.
Setelah pembubaran aksi, adegan berikutnya ditemukan tas diduga berisi bahan peledak di depan kantor KPU tersebut. Tim Penjinak Bom dari Satuan Brimob Polda Sulsel saat tiba di lokasi langsung bertindak sesuai Standar Operasi Prosedur (SOP) selanjutnya meledakkan tas ransel berwarna hitam merah tersebut.
“Anggota-anggota yang terlibat ini sebelumnya sudah kita latih dalam bentuk latih pra operasi, lat praoperasi dalam Operasi Mantap Brata. Personel dilibatkan sebanyak 1.100 orang dari tujuh Satgas,” sebutnya.
Saat ditanyakan dalam simulasi itu ada adegan peledakan bahan peledak di dalam tas ransel, kata Hondawan, karena dicurigai dalam tas tersebut diduga berisi bom sehingga anggota melakukan tindakan disposal atau pemusnahan.
“Setelah di selidiki ternyata ada serpihan-serpihan bom. Tapi Itu hanya peragaan, latihan. Itu low explosive (ledakan rendah) dan selanjutnya diperagakan penjinakan dari tim Gegana Brimob Polda Sulsel,” ucap dia menegaskan.
Saat ditanyakan mengapa ada adegan bom tersebut di depan kantor KPU Sulsel, kata dia, itu sebagai langkah antisipasi dalam hal pengamanan. Sebab, semua kemungkinan-kemungkinan bisa saja terjadi termasuk adegan mengamankan Komisioner KPU Sulsel menggunakan mobil taktis keluar dari kantornya.
“Kemungkinan itu kan tetap ada, jadi kita tetap antisipasi seluruh jajaran, perintah dari pak Kapolda, seluruh jajaran semua Satgas yang terlibat harus siap dalam kondisi apapun.
“Yah itu (pengamanan komisioner) semacam simulasi, jadi kemungkinan-kemungkinan itu ada. Kita lakukan tindakan penyelamatan pejabat- pejabat yang ada di KPU, kita amankan,” paparnya menegaskan.
Anggota KPU Sulsel, Marzuki Kadir usai kegiatan tersebut menyampaikan apa yang disimulasikan hampir sama dengan kondisi yang seolah-olah terjadi. Dari simulasi tersebut dianggap posisi komisioner KPU aman. Selanjutnya, dari hasil simulasi itu, aparat keamanan tentu bisa melihat dimana kekurangannya untuk nanti diperbaiki lebih baik.
“Disimulasikan tadi penyelamatan pimpinan dan pejabat KPU Sulsel, serta barang maupun dokumen penting hasil rekap Pemilu diamankan. Saya lihat tadi hampir sama dengan aslinya dengan tugas aparat keamanan mengawal Pemilu ini. Harapannya, tidak ada kejadian seperti ini sampai Pemilu dan Pilkada selesai,” katanya menambahkan. (ant/KS)