MAKASSAR, KORAN SULSEL – Lahan mangrove hingga 6.000 hektare di Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari “carbon trade” atau perdagangan karbon global.
Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, menekankan pentingnya melindungi, menjaga, dan memanfaatkan lahan mangrove ini sebagai sumber pendapatan dan perlindungan lingkungan.
Gubernur Andi Sudirman berbagi visinya tentang bagaimana lahan mangrove yang telah dikembangkan menjadi ekowisata, seperti Lantebung, Tongke-tongke, dan Luppung, dapat menjadi kunci untuk menggerakkan ekonomi lokal dan memberikan kontribusi positif dalam upaya perlindungan lingkungan.
Ia memberikan contoh inspiratif dari petani di Kalimantan Timur (Kaltim) yang berhasil meraih pendapatan besar dari budidaya mangrove.
Bahkan petani dengan pendidikan SMA mampu meraih miliaran rupiah dari usaha ini. “Kami telah mengirim tim peneliti untuk mempelajari praktik sukses ini dan berencana menerapkannya di Sulawesi Selatan,” bebernya.
Gubernur Sudirman mengatakan sosialisasi dan pelatihan dalam budidaya mangrove dan rumput laut, yang juga memiliki potensi besar dalam menyerap karbon, dapat menciptakan peluang ekonomi yang signifikan dalam perdagangan karbon dunia.
Selain itu, pendekatan ini juga akan memperkuat perlindungan terhadap ekosistem mangrove yang sangat berharga.
Salah satu contoh keberhasilan adalah kawasan mangrove Lantebung di Makassar, yang dikelola oleh Kelompok Generasi Muda yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL).
Kawasan mangrove ini telah menjadi objek ekowisata sejak tahun 2020, yang membuktikan bahwa pengelolaan yang berkelanjutan dapat memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan yang positif.
Pemeliharaan dan pengelolaan ekowisata mangrove Lantebung ini melibatkan aktifitas partisipatif masyarakat setempat, dengan dukungan dari pihak Dinas Pariwisata Kota Makassar dan Bank Indonesia Sulawesi Selatan.
Setiap tahun, mereka menjalankan program penanaman massal bibit mangrove sebagai bagian dari program Hutan Merdeka, yang merayakan kemerdekaan Indonesia dengan penanaman pohon mangrove sebagai simbol penting dalam upaya pelestarian lingkungan. (KS)
Editor: Agus Susanto